♣️ Mantra Buddha Mengusir Roh Jahat
Q Dikatakan bahwa cabang pohon Yang-liu (Willow) yang dibawa Guan Yin adalah pengaruh Taoisme. Kaum Taoist punya kebiasaan menggunakan dahan Yang-liu untuk memercikkan air dalam upacara mengusir roh - roh jahat, dan menyembuhkan penyakit. Apakah benar bahwa dahan willow adalah pengaruh Taois? A: Ternyata tidak.
SangBuddha lalu menjawab, "Aku akan memberikan senjata yang dapat kamu bawa kemana pun kamu pergi". Sang Buddha mengucapkan syair Karaniya Metta Sutta: KARANIYAMATTHAKUSALENA YAN TAM SANTAM PADAM ABHISAMECCA SAKKO UJU CA SUHUJU CA SUVACO CASSA MUDU ANATIMANI SANTUSSAKO CA SUBHARO CA APPAKICCO CA SALLAHUKAVUTTI SANTINDRIYO CA NIPAKO CA
kekuatangaib. Mantra hanya dapat diucapkan oleh pawang, datu, atau dukun dengan caracara yang khas untuk (a) mendapatkan kekuatan dari dewa- dewa - atau makhluk lainnya, (b) membujuk atau mengusir roh jahat, dan mengobati orang sakit. (Dewan Redaksi, 2007: 487) Adapun kata wara memiliki artiterpilih, penting, bernilai, (Maharsi, 2012: 684) .
Laluadik-adik Wang Mo keluar sebagai Jin Ja - Pangeran yang merayakan ritual dan Wang Yo dengan beberapa orang lainya menjadi Chang Soo - Sekumpulan manusia yang memakai mantra untuk menangkis roh jahat. Ratu Yoo terlihat tegang. Ji Wong memberitahu raja kalau Jin Ja telah berkumpul dan mereka sekarang akan mengusir roh-roh jahat.
Dikatakanbahwa Tara Kurukulla mengusir roh-roh jahat. Dia tidak pernah bisa didekati dengan cara ibadah tertentu. Memvisualisasikan-Nya sepanjang waktu adalah cara terbaik untuk mencapai Rahmat-Nya. Namun, penting bahwa orang yang mempraktikkan mantra-Nya tidak boleh mengucapkan kebohongan dalam keadaan apa pun.
Howto say mengusir roh-roh jahat in Indonesian? Pronunciation of mengusir roh-roh jahat with 1 audio pronunciation and more for mengusir roh-roh jahat.
DenganPeserta bersedia badannya dipenuhi dengan debu dan lumpur, serta dkelilingi api, itu bukan sebuah bentuk upacara keagamaan atau spiritual konvensional. Tapi peristiwa terebut adalah bagian dari tradisi eksorsisme 20 tahun yang dipimpin oleh orang misterisu 'Brother Hermes', yang mengklaim ritual tersebut untuk mengusir roh-roh jahat.
Antaralain sebagai suwuk untuk mengusir roh jahat atau bisa pula melambangkan bersatunya Dewa Siwa dan Dewi Uma yang dimaknai sebagai awal terciptanya semesta. Berbeda dengan arca-arca di Candi Prambanan, corak naturalis pada arca-arca di candi ini tidak menampilkan unsur erotisme.
Setiapperayaan penting selalu didahului upacara agama untuk mengusir roh-roh jahat. Demikian juga, bencana alam (termasuk pengeboman di legian-Kuta) harus disucikan dengan upacara doa. Hindu Bali menyembah dewa tertinggi yang disebut Sang Hyang Widi sebagai manifestasi dewa matahari Syiwa Raditya.
8JvB. Hidup kita terkadang memiliki saat-saat ketika tidak bisa bergerak maju. Roh jahat dan energi negatif menghalanginya sedemikian rupa sehingga tidak ada yang bisa membuatnya lebih baik. Karena alasan inilah kami memutuskan untuk menerbitkan di sini doa untuk mengusir roh jahat dari seseorang sangat cepat! Tuhan menciptakan manusia untuk tujuan membuat sesuatu yang indah dan bahagia. Kami bertujuan untuk hidup dan memanfaatkan setiap hari yang berlalu, tetapi sayangnya ini tidak selalu terjadi. Terkadang ada orang dan roh jahat yang mengganggu hidup kita dan merusaknya. Berbalik itu tidak mudah dan satu-satunya solusi adalah dengan berdoa doa yang kuat meminta bantuan Tuhan. Untuk apa doa ini? Doa untuk mengusir roh jahat dari seseorang ini pada dasarnya berfungsi untuk membuat pembersihan spiritual orang yang berdoa itu. dia berperan sebagai perlindungan, pembersihan dan untuk membuka jalan dalam kebahagiaan. Doa akan memperbaiki hidup Anda dalam semalam karena Anda akan meminta bantuan Tuhan untuk melakukannya. Dia pergi bersihkan tubuhmu dari semua energi buruk, mantra yang mungkin telah dilemparkan padamu, iri hati, mata jahat dan segala sesuatu yang tidak membuat Anda bahagia dan melanjutkan hidup Anda. Jika Anda perlu meningkatkan hidup Anda, atau Anda membutuhkan lebih banyak kebahagiaan, lebih banyak uang, dan lebih banyak kegembiraan dan Anda tidak bisa, lebih baik singkirkan semua roh jahat melalui doa yang kuat ini. Haruskah kita bergerak maju? Yang terbaik belum datang! Apakah doa untuk mengusir roh jahat itu kuat? Berhasil? Kami dapat menjamin dengan pasti bahwa doa untuk mengusir roh jahat ini sangat kuat. Tapi ada satu jika tidak... Jika Anda tidak berdoa doa ini dengan iman dan jika Anda tidak percaya kata-kata yang Anda ucapkan, itu tidak akan kuat dan tidak akan berhasil. Kami berhati-hati untuk mencari doa yang paling kuat, tetapi doa hanyalah sebagian dari jalan Anda. Miliki iman, percaya, ikuti jalan Tuhan, jalan cahaya dan doakan doa ini selalu percaya kepada Tuhan dan selalu percaya bahwa hidup Anda benar-benar akan menjadi lebih baik. Hanya dengan demikian Anda dapat yakin bahwa doa akan memiliki kekuatan maksimum dan itu akan benar-benar bekerja untuk Anda. Jika Anda melakukannya dengan baik, jelas bahwa Tuhan akan membantu Anda dan bahwa Tuhan akan mengakhiri semua hal buruk yang terjadi pada Anda. Sekarang setelah Anda melihatnya doa ini kuat dan manjur Haruskah kita pergi ke depan dan mulai berdoa? Sekarang setelah Anda menghilangkan semua keraguan Anda tentang doa ini, kita bisa mulai berdoa. Yuk tinggalkan doa lengkapnya di bawah ini. Berdoalah dan mulailah merasakan efeknya sejak saat ini. Ya Tuhan Allah, Bapa Yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dari segala sesuatu terlihat dan tidak terlihat, lindungi aku dan jiwaku dari semua roh jahat yang mencoba menjatuhkanku dan semua orang yang mencoba menjatuhkanku kebahagiaan dan kebahagiaan orang-orang yang paling saya cintai. Tuhan Allah Bapa, Anda pernah menyelamatkan umat manusia dan saya tahu Anda akan membantu saya juga untuk menyelamatkan hidupku yang malang yang tidak bergerak maju sama sekali karena terhadap kehadiran roh jahat dan energi jahat. Tuhan Yang Mahakuasa, singkirkan dari jalanku semua orang yang hanya menginginkanku celaka, semua orang yang ingin melihat saya jatuh, tanpa kekuatan, tanpa keberanian dan tidak mau melanjutkan hidup saya. Mencerahkan hariku, mencerahkan malamku, mencerahkan siangku dan mencerahkan pagiku. Itu mencerahkan setiap sudut dan celah dalam hidupku dan menghilangkan darinya segala sesuatu yang ada membuatku tidak bisa bahagia atau hidup sekop dengan Tuhan atau diriku sendiri memiliki. Tuhan kita, Yesus Kristus, tolonglah aku dalam fase hidupku ini. Bantu saya untuk mengusir semua roh jahat dan bantu saya untuk bahagia hari demi hari. Amin. Amin. Amin. Apakah Anda menyukai doanya? Kami memiliki informasi yang lebih sangat penting sebelum berangkat, bacaan Anda sangat disarankan, periksa! Kapan saya harus berdoa untuk mengusir roh jahat? Doa untuk mengusir roh jahat dari seseorang ini harus dipanjatkan setiap kali Anda merasa sedih. Bahkan ada laporan orang Kristen yang suka berdoa setiap minggu, memilih Senin atau Jumat dan berdoa sebelum tidur. Kami menyarankan Anda untuk berdoa jika Anda merasa sedih, tanpa kekuatan, tanpa keinginan untuk hidup dan jika Anda merasa membutuhkan bantuan dari seseorang yang lebih tinggi dari Anda, Tuhan. Jangan takut untuk berdoa, berdoa kepada Tuhan, jika Anda berdoa dengan iman, Anda dapat berdoa kapan pun Anda mau, tidak pernah terlalu banyak. Anda bahkan dapat berdoa setiap hari, hanya berdoa dengan iman dan selalu percaya pada kata-kata yang Anda ucapkan. Lebih banyak doa Doa yang kuat untuk memanggil seseorang Doa Our Lady of Desterro Doa Santa Katarina Melawan Musuh Saya harap hidup Anda menjadi lebih baik mulai sekarang dan ini doa untuk mengusir roh jahat dari seseorang sangat membantu Anda dalam hidup Anda. Jangan ragu untuk membagikannya dengan semua teman Anda di media sosial, bantu mereka menjadi lebih bahagia dan memiliki kehidupan yang lebih baik. Semoga Tuhan selalu ada di jalanmu. << Kembali untuk Doa lainnya Daftar Isi1 Untuk apa doa ini?2 Apakah doa untuk mengusir roh jahat itu kuat? Berhasil?3 Doa untuk mengusir roh jahat dari seseorang4 Kapan saya harus berdoa untuk mengusir roh jahat?
SENI SOSIAL Āṭānāṭiya Sutta dalam Bahasa Pali dan Terjemahan Bahasa Indonesia Question Apakah di Agama Buddha, ada mantra untuk mengatasi gangguan makhluk jahat yang tidak kasat mata seperti setan atau hantu jahat yang suka mengganggu, menyakiti, bahkan hingga taraf mengancam keselamatan manusia? Brief Answer Sejak zaman dahulu kala hingga era modern ini, gangguan roh-roh jahat tetap menjadi salah satu masalah yang kerap mengganggu ketenangan hidup umat manusia, semata karena yang menyakiti ialah sosok-sosok yang tidak kasat mata serta menyakiti dalam “senyap”, bahkan ada pula sebagian orang-orang tidak bermoral yang memanfaatkan roh-roh jahat tersebut sebagai alat untuk berbuat jahat seperti menyakiti manusia lainnya. Sutta, sejatinya ialah berisi khotbah Sang Buddha ketika membabarkan Dhamma, namun terdapat beberapa sutta yang memang khusus diperuntukkan untuk membangun perlindungan dari makhluk-makhluk tidak kasat mata. Terdapat beragam sutta yang dibabarkan oleh Sang Buddha untuk melindungi para bhikkhu dan bhikkhuni maupun bagi para umat perumah-tangga dari gangguan makhluk-makhluk halus yang tidak kasat mata yang memiliki niat buruk. Salah satu sutta yang diyakini paling kuat untuk membentengi diri dan memberikan perlindungan bagi manusia yang merapalkannya chanting, ialah Āṭānāṭiyasuttaṃ Āṭānāṭiya Sutta. Namun, perlu penulis beri catatan, kekuatan dibalik paritta barulah “powerfull” bilamana pihak yang merapalkannya memiliki moralitas yang baik dan murni, bila perlu suci dan bersih perilakunya. Sama seperti kekuatan dibalik meditasi, bilamana mereka yang berlatih meditasi telah ternyata memiliki moralitas yang kurang baik dan tidak luhur, maka adalah percuma saja berlatih meditasi karena hanya akan membuang-buang waktu tanpa faedah. Itulah yang disebut sebagai membangun pulau perlindungan bagi diri kita sendiri, yakni lewat moralitas yang baik maka baik pariita maupun meditasi akan mampu menampilkan kekuatannya secara optimal dan gemilang. PEMBAHASAN ~ Āṭānāṭiyasuttaṃ ~ [Huruf Pali “ṃ”, m dengan titik dibawahnya, dibaca “ng”. Sementara huruf Pali “v”, dilafalkan sebagai “w”. Semisal “Evaṃ me sutaṃ” dibaca “Ewang me sutang”. Huruf Pali “ñ”, dibaca “ng”. Garis diatas huruf vokal, dibaca secara panjang. Huruf Pali “e” dan “o”, dibaca panjang. Semisal “purisājañña” dibaca “purisaa-jany-nya”, “cattāro” dibaca “cat-taa-roo”. Sutta-sutta ini dikatakan efektif di seluruh sepuluh ribu alam semesta.] Ekaṃ samayaṃ bhagavā rājagahe viharati gijjhakūṭe pabbate. Atha kho cattāro mahārājā mahatiyā ca yakkhasenāya mahatiyā ca gandhabbasenāya mahatiyā ca kumbhaṇḍasenāya mahatiyā ca nāgasenāya catuddisaṃ rakkhaṃ ṭhapetvā catuddisaṃ gumbaṃ ṭhapetvā catuddisaṃ ovaraṇaṃ ṭhapetvā abhikkantāya rattiyā abhikkantavaṇṇā kevalakappaṃ gijjhakūṭaṃ pabbataṃ obhāsetvā yena bhagavā tenupasaṅkamiṃsu; upasaṅkamitvā bhagavantaṃ abhivādetvā ekamantaṃ nisīdiṃsu. Tepi kho yakkhā appekacce bhagavantaṃ abhivādetvā ekamantaṃ nisīdiṃsu, appekacce bhagavatā saddhiṃ sammodiṃsu, sammodanīyaṃ kathaṃ sāraṇīyaṃ vītisāretvā ekamantaṃ nisīdiṃsu, appekacce yena bhagavā tenañjaliṃ paṇāmetvā ekamantaṃ nisīdiṃsu, appekacce nāmagottaṃ sāvetvā ekamantaṃ nisīdiṃsu, appekacce tuṇhībhūtā ekamantaṃ nisīdiṃsu. Ekamantaṃ nisinno kho vessavaṇo mahārājā bhagavantaṃ etadavoca – santi hi, bhante, uḷārā yakkhā bhagavato appasannā. Santi hi, bhante, uḷārā yakkhā bhagavato pasannā. Santi hi, bhante, majjhimā yakkhā bhagavato appasannā. Santi hi, bhante, majjhimā yakkhā bhagavato pasannā. Santi hi, bhante, nīcā yakkhā bhagavato appasannā. Santi hi, bhante, nīcā yakkhā bhagavato pasannā. Yebhuyyena kho pana, bhante, yakkhā appasannāyeva bhagavato. Taṃ kissa hetu? Bhagavā hi, bhante, pāṇātipātā veramaṇiyā dhammaṃ deseti, adinnādānā veramaṇiyā dhammaṃ deseti, kāmesumicchācārā veramaṇiyā dhammaṃ deseti, musāvādā veramaṇiyā dhammaṃ deseti, surāmerayamajjappamādaṭṭhānā veramaṇiyā dhammaṃ deseti. Yebhuyyena kho pana, bhante, yakkhā appaṭiviratāyeva pāṇātipātā, appaṭiviratā adinnādānā, appaṭiviratā kāmesumicchācārā, appaṭiviratā musāvādā, appaṭiviratā surāmerayamajjappamādaṭṭhānā. Tesaṃ taṃ hoti appiyaṃ amanāpaṃ. Santi hi, bhante, bhagavato sāvakā araññavanapatthāni pantāni senāsanāni paṭisevanti appasaddāni appanigghosāni vijanavātāni manussarāhasseyyakāni paṭisallānasāruppāni. Tattha santi uḷārā yakkhā nivāsino, ye imasmiṃ bhagavato pāvacane appasannā. Tesaṃ pasādāya uggaṇhātu, bhante, bhagavā āṭānāṭiyaṃ rakkhaṃ bhikkhūnaṃ bhikkhunīnaṃ upāsakānaṃ upāsikānaṃ guttiyā rakkhāya avihiṃsāya phāsuvihārāyā’’ti. Adhivāsesi bhagavā tuṇhībhāvena. Atha kho vessavaṇo mahārājā bhagavato adhivāsanaṃ viditvā tāyaṃ velāyaṃ imaṃ āṭānāṭiyaṃ rakkhaṃ abhāsi – Vipassissa ca namatthu, cakkhumantassa sirīmato. Sikhissapi ca namatthu, sabbabhūtānukampino. Vessabhussa ca namatthu, nhātakassa tapassino; Namatthu kakusandhassa, mārasenāpamaddino. Koṇāgamanassa namatthu, brāhmaṇassa vusīmato; Kassapassa ca namatthu, vippamuttassa sabbadhi. Aṅgīrasassa namatthu, sakyaputtassa sirīmato; Yo imaṃ dhammaṃ desesi, sabbadukkhāpanūdanaṃ. Ye cāpi nibbutā loke, yathābhūtaṃ vipassisuṃ; Te janā apisuṇātha, mahantā vītasāradā. Hitaṃ devamanussānaṃ, yaṃ namassanti gotamaṃ; Vijjācaraṇasampannaṃ, mahantaṃ vītasāradaṃ. Yato uggacchati sūriyo, ādicco maṇḍalī mahā. Yassa cuggacchamānassa, saṃvarīpi nirujjhati; Yassa cuggate sūriye, divaso’ti pavuccati. Rahadopi tattha gambhīro, samuddo saritodako; Evaṃ taṃ tattha jānanti, samuddo saritodako’. Ito sā purimā disā’, iti naṃ ācikkhatī jano; Yaṃ disaṃ abhipāleti, mahārājā yasassi so. Gandhabbānaṃ ādhipati, dhataraṭṭho’ti nāmaso; Ramatī naccagītehi, gandhabbehi purakkhato. Puttāpi tassa bahavo, ekanāmāti me sutaṃ; Asīti dasa eko ca, indanāmā mahabbalā. Te cāpi buddhaṃ disvāna, buddhaṃ ādiccabandhunaṃ; Dūratova namassanti, mahantaṃ vītasāradaṃ. Namo te purisājañña, namo te purisuttama; Kusalena samekkhasi, amanussāpi taṃ vandanti; Sutaṃ netaṃ abhiṇhaso, tasmā evaṃ vademase. Jinaṃ vandatha gotamaṃ, jinaṃ vandāma gotamaṃ; Vijjācaraṇasampannaṃ, buddhaṃ vandāma gotamaṃ’. Yena petā pavuccanti, pisuṇā piṭṭhimaṃsikā. Pāṇātipātino luddā, corā nekatikā janā. Ito sā dakkhiṇā disā’, iti naṃ ācikkhatī jano; Yaṃ disaṃ abhipāleti, mahārājā yasassi so. Kumbhaṇḍānaṃ adhipati, virūḷho’ iti nāmaso; Ramatī naccagītehi, kumbhaṇḍehi purakkhato. Puttāpi tassa bahavo, ekanāmāti me sutaṃ; Asīti dasa eko ca, indanāmā mahabbalā. Te cāpi buddhaṃ disvāna, buddhaṃ ādiccabandhunaṃ; Dūratova namassanti, mahantaṃ vītasāradaṃ. Namo te purisājañña, namo te purisuttama; Kusalena samekkhasi, amanussāpi taṃ vandanti; Sutaṃ netaṃ abhiṇhaso, tasmā evaṃ vademase. Jinaṃ vandatha gotamaṃ, jinaṃ vandāma gotamaṃ; Vijjācaraṇasampannaṃ, buddhaṃ vandāma gotamaṃ’. Yattha coggacchati sūriyo, ādicco maṇḍalī mahā. Yassa coggacchamānassa, divasopi nirujjhati; Yassa coggate sūriye, saṃvarī’ti pavuccati. Rahadopi tattha gambhīro, samuddo saritodako; Evaṃ taṃ tattha jānanti, samuddo saritodako’. Ito sā pacchimā disā’, iti naṃ ācikkhatī jano; Yaṃ disaṃ abhipāleti, mahārājā yasassi so. Nāgānañca adhipati, virūpakkho’ti nāmaso; Ramatī naccagītehi, nāgeheva purakkhato. Puttāpi tassa bahavo, ekanāmāti me sutaṃ; Asīti dasa eko ca, indanāmā mahabbalā. Te cāpi buddhaṃ disvāna, buddhaṃ ādiccabandhunaṃ; Dūratova namassanti, mahantaṃ vītasāradaṃ. Namo te purisājañña, namo te purisuttama; Kusalena samekkhasi, amanussāpi taṃ vandanti; Sutaṃ netaṃ abhiṇhaso, tasmā evaṃ vademase. Jinaṃ vandatha gotamaṃ, jinaṃ vandāma gotamaṃ; Vijjācaraṇasampannaṃ, buddhaṃ vandāma gotamaṃ’. Yena uttarakurū rammā, mahāneru sudassano. Manussā tattha jāyanti, amamā apariggahā. Na te bījaṃ pavapanti, napi nīyanti naṅgalā; Akaṭṭhapākimaṃ sāliṃ, paribhuñjanti mānusā. Akaṇaṃ athusaṃ suddhaṃ, sugandhaṃ taṇḍulapphalaṃ; Tuṇḍikīre pacitvāna, tato bhuñjanti bhojanaṃ. Gāviṃ ekakhuraṃ katvā, anuyanti disodisaṃ; Pasuṃ ekakhuraṃ katvā, anuyanti disodisaṃ. Itthī-vāhanaṃ katvā, anuyanti disodisaṃ; Purisaṃ vāhanaṃ katvā, anuyanti disodisaṃ. Kumāriṃ vāhanaṃ katvā, anuyanti disodisaṃ; Kumāraṃ vāhanaṃ katvā, anuyanti disodisaṃ. Te yāne abhiruhitvā, Sabbā disā anupariyanti; Pacārā tassa rājino. Hatthiyānaṃ assayānaṃ, dibbaṃ yānaṃ upaṭṭhitaṃ; Pāsādā sivikā ceva, mahārājassa yasassino. Tassa ca nagarā ahu, Antalikkhe sumāpitā; Āṭānāṭā kusināṭā parakusināṭā, Nāṭapuriyā parakusiṭanāṭā. Uttarena kapivanto, Janoghamaparena ca; Navanavutiyo ambaraambaravatiyo, Āḷakamandā nāma rājadhānī. Kuverassa kho pana, mārisa, mahārājassa visāṇā nāma rājadhānī; Tasmā kuvero mahārājā, vessavaṇo’ti pavuccati. Paccesanto pakāsenti, tatolā tattalā tatotalā; Ojasi tejasi tatojasī, sūro rājā ariṭṭho nemi. Rahadopi tattha dharaṇī nāma, yato meghā pavassanti; Vassā yato patāyanti, sabhāpi tattha sālavatī nāma. Yattha yakkhā payirupāsanti, tattha niccaphalā rukkhā; Nānā dijagaṇā yutā, mayūrakoñcābhirudā; Kokilādīhi vagguhi. Jīvañjīvakasaddettha, atho oṭṭhavacittakā; Kukutthakā kuḷīrakā, vane pokkharasātakā. Sukasāḷikasaddettha, daṇḍamāṇavakāni ca; Sobhati sabbakālaṃ sā, kuveranaḷinī sadā. Ito sā uttarā disā’, iti naṃ ācikkhatī jano; Yaṃ disaṃ abhipāleti, mahārājā yasassi so. Yakkhānañca adhipati, kuvero’ iti nāmaso; Ramatī naccagītehi, yakkheheva purakkhato. Puttāpi tassa bahavo, ekanāmāti me sutaṃ; Asīti dasa eko ca, indanāmā mahabbalā. Te cāpi buddhaṃ disvāna, buddhaṃ ādiccabandhunaṃ; Dūratova namassanti, mahantaṃ vītasāradaṃ. Namo te purisājañña, namo te purisuttama; Kusalena samekkhasi, amanussāpi taṃ vandanti; Sutaṃ netaṃ abhiṇhaso, tasmā evaṃ vademase. Jinaṃ vandatha gotamaṃ, jinaṃ vandāma gotamaṃ; Vijjācaraṇasampannaṃ, buddhaṃ vandāma gotama’’’nti. Ayaṃ kho sā, mārisa, āṭānāṭiyā rakkhā bhikkhūnaṃ bhikkhunīnaṃ upāsakānaṃ upāsikānaṃ guttiyā rakkhāya avihiṃsāya phāsuvihārāya. Yassa kassaci, mārisa, bhikkhussa vā bhikkhuniyā vā upāsakassa vā upāsikāya vā ayaṃ āṭānāṭiyā rakkhā suggahitā bhavissati samattā pariyāpuṭā. Taṃ ce amanusso yakkho vā yakkhinī vā yakkhapotako vā yakkhapotikā vā yakkhamahāmatto vā yakkhapārisajjo vā yakkhapacāro vā, gandhabbo vā gandhabbī vā gandhabbapotako vā gandhabbapotikā vā gandhabbamahāmatto vā gandhabbapārisajjo vā gandhabbapacāro vā, kumbhaṇḍo vā kumbhaṇḍī vā kumbhaṇḍapotako vā kumbhaṇḍapotikā vā kumbhaṇḍamahāmatto vā kumbhaṇḍapārisajjo vā kumbhaṇḍapacāro vā, nāgo vā nāgī vā nāgapotako vā nāgapotikā vā nāgamahāmatto vā nāgapārisajjo vā nāgapacāro vā, paduṭṭhacitto bhikkhuṃ vā bhikkhuniṃ vā upāsakaṃ vā upāsikaṃ vā gacchantaṃ vā anugaccheyya, ṭhitaṃ vā upatiṭṭheyya, nisinnaṃ vā upanisīdeyya, nipannaṃ vā upanipajjeyya. Na me so, mārisa, amanusso labheyya gāmesu vā nigamesu vā sakkāraṃ vā garukāraṃ vā. Na me so, mārisa, amanusso labheyya āḷakamandāya nāma rājadhāniyā vatthuṃ vā vāsaṃ vā. Na me so, mārisa, amanusso labheyya yakkhānaṃ samitiṃ gantuṃ. Apissu naṃ, mārisa, amanussā anāvayhampi naṃ kareyyuṃ avivayhaṃ. Apissu naṃ, mārisa, amanussā attāhipi paripuṇṇāhi paribhāsāhi paribhāseyyuṃ. Apissu naṃ, mārisa, amanussā rittaṃpissa pattaṃ sīse nikkujjeyyuṃ. Apissu naṃ, mārisa, amanussā sattadhāpissa muddhaṃ phāleyyuṃ. Santi hi, mārisa, amanussā caṇḍā ruddhā rabhasā, te neva mahārājānaṃ ādiyanti, na mahārājānaṃ purisakānaṃ ādiyanti, na mahārājānaṃ purisakānaṃ purisakānaṃ ādiyanti. Te kho te, mārisa, amanussā mahārājānaṃ avaruddhā nāma vuccanti. Seyyathāpi, mārisa, rañño māgadhassa vijite mahācorā. Te neva rañño māgadhassa ādiyanti, na rañño māgadhassa purisakānaṃ ādiyanti, na rañño māgadhassa purisakānaṃ purisakānaṃ ādiyanti. Te kho te, mārisa, mahācorā rañño māgadhassa avaruddhā nāma vuccanti. Evameva kho, mārisa, santi amanussā caṇḍā ruddhā rabhasā, te neva mahārājānaṃ ādiyanti, na mahārājānaṃ purisakānaṃ ādiyanti, na mahārājānaṃ purisakānaṃ purisakānaṃ ādiyanti. Te kho te, mārisa, amanussā mahārājānaṃ avaruddhā nāma vuccanti. Yo hi koci, mārisa, amanusso yakkho vā yakkhinī vā yakkhapotako vā yakkhapotikā vā yakkhamahāmatto vā yakkhapārisajjo vā yakkhapacāro vā, gandhabbo vā gandhabbī vā gandhabbapotako vā gandhabbapotikā vā gandhabbamahāmatto vā gandhabbapārisajjo vā gandhabbapacāro vā, kumbhaṇḍo vā kumbhaṇḍī vā kumbhaṇḍapotako vā kumbhaṇḍapotikā vā kumbhaṇḍamahāmatto vā kumbhaṇḍapārisajjo vā kumbhaṇḍapacāro vā, nāgo vā nāgī vā nāgapotako vā nāgapotikā vā nāgamahāmatto vā nāgapārisajjo vā nāgapacāro vā paduṭṭhacitto bhikkhuṃ vā bhikkhuniṃ vā upāsakaṃ vā upāsikaṃ vā gacchantaṃ vā anugaccheyya, ṭhitaṃ vā upatiṭṭheyya, nisinnaṃ vā upanisīdeyya, nipannaṃ vā upanipajjeyya. Imesaṃ yakkhānaṃ mahāyakkhānaṃ senāpatīnaṃ mahāsenāpatīnaṃ ujjhāpetabbaṃ vikkanditabbaṃ viravitabbaṃ – ayaṃ yakkho gaṇhāti, ayaṃ yakkho āvisati, ayaṃ yakkho heṭheti, ayaṃ yakkho viheṭheti, ayaṃ yakkho hiṃsati, ayaṃ yakkho vihiṃsati, ayaṃ yakkho na muñcatī’ti. Katamesaṃ yakkhānaṃ mahāyakkhānaṃ senāpatīnaṃ mahāsenāpatīnaṃ? Indo somo varuṇo ca, bhāradvājo pajāpati; Candano kāmaseṭṭho ca, kinnughaṇḍu nighaṇḍu ca. Panādo opamañño ca, devasūto ca mātali; Cittaseno ca gandhabbo, naḷo rājā janesabho. Sātāgiro hemavato, puṇṇako karatiyo guḷo; Sivako mucalindo ca, vessāmitto yugandharo. Gopālo suppagedho ca, hirī nettī ca mandiyo; Pañcālacaṇḍo āḷavako, pajjunno sumano sumukho; Dadhimukho maṇi mānicaro dīgho, atho serīsako saha. Imesaṃ yakkhānaṃ mahāyakkhānaṃ senāpatīnaṃ mahāsenāpatīnaṃ ujjhāpetabbaṃ vikkanditabbaṃ viravitabbaṃ – ayaṃ yakkho gaṇhāti, ayaṃ yakkho āvisati, ayaṃ yakkho heṭheti, ayaṃ yakkho viheṭheti, ayaṃ yakkho hiṃsati, ayaṃ yakkho vihiṃsati, ayaṃ yakkho na muñcatī’ti. Ayaṃ kho sā, mārisa, āṭānāṭiyā rakkhā bhikkhūnaṃ bhikkhunīnaṃ upāsakānaṃ upāsikānaṃ guttiyā rakkhāya avihiṃsāya phāsuvihārāya. Handa ca dāni mayaṃ, mārisa, gacchāma bahukiccā mayaṃ bahukaraṇīyā’’ti. Yassadāni tumhe mahārājāno kālaṃ maññathā’’ti. Atha kho cattāro mahārājā uṭṭhāyāsanā bhagavantaṃ abhivādetvā padakkhiṇaṃ katvā tatthevantaradhāyiṃsu. Tepi kho yakkhā uṭṭhāyāsanā appekacce bhagavantaṃ abhivādetvā padakkhiṇaṃ katvā tatthevantaradhāyiṃsu. Appekacce bhagavatā saddhiṃ sammodiṃsu, sammodanīyaṃ kathaṃ sāraṇīyaṃ vītisāretvā tatthevantaradhāyiṃsu. Appekacce yena bhagavā tenañjaliṃ paṇāmetvā tatthevantaradhāyiṃsu. Appekacce nāmagottaṃ sāvetvā tatthevantaradhāyiṃsu. Appekacce tuṇhībhūtā tatthevantaradhāyiṃsūti. Paṭhamabhāṇavāro niṭṭhito. ~ Āṭānāṭiya Sutta ~ 1. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Rājagaha di Puncak Hering. Dan Empat Raja Dewa, bersama serombongan besar yakkha, gandhabba, kumbhaṇḍa dan nāga, setelah membuat pengawalan, barisan pertahanan, panjagaan di empat penjuru, ketika malam hampir berlalu, pergi menjumpai Sang Bhagavā, menerangi seluruh Puncak Hering dengan cahaya tubuh mereka, memberi hormat kepada Beliau dan duduk di satu sisi. Dan beberapa yakkha memberi hormat kepada Beliau dan duduk di satu sisi, beberapa saling bertukar sapa dengan Beliau sebelum duduk, beberapa memberi hormat dengan merangkapkan tangan, beberapa menyebutkan nama dan suku mereka, dan beberapa duduk berdiam diri. 2. Kemudian setelah duduk di satu sisi, Raja Vessavaṇa berkata kepada Sang Bhagavā Bhagavā, ada beberapa yakkha tingkat tinggi yang tidak berkeyakinan kepada Sang Bhagavā, dan yang lainnya berkeyakinan; dan demikian pula ada yakkha peringkat menengah dan rendah yang tidak berkeyakinan terhadap Sang Bhagavā, dan yang lainnya berkeyakinan. Tetapi, Bhagavā, sebagian besar yakkha tidak berkeyakinan kepada Sang Bhagavā. Mengapakah? Sang Bhagavā mengajarkan menghindari pembunuhan, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari pelanggaran seksual, menghindari berbohong, dan menghindari minuman keras dan obar-obat yang menyebabkan kelambanan. Tetapi sebagian besar yakhha tidak menghindari hal-hal ini, dan melakukan hal-hal ini adalah tidak disukai dan tidak menyenangkan bagi mereka. Sekarang, Bhagavā, ada para siswa Sang Bhagavā yang menetap di tengah hutan belantara yang jauh, dimana hanya ada sedikit suara atau teriakan, cocok untuk melatih diri. Dan ada yakkha tingkat tinggi yang menetap di sana yang tidak berkeyakinan kepada Sang Bhagavā. Dengan tujuan untuk memberikan kepercayaan diri kepada orang-orang ini, Sudilah Bhagavā mempelajari syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, yang dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai dan merasa nyaman.’ dan Sang Bhagavā menyetujuinya dengan berdiam diri. 3. Kemudian Raja Vessavaṇa, setelah memahami persetujuan Sang Bhagavā, segera membacakan syair-syair perlindungan Āṭānāṭā Terpujilah Vipassī, Yang megah berpenglihatan tajam. Terpujilah Sikhī juga, Yang penuh belas kasihan terhadap semua makhluk. Terpujilah Vessabhū, Yang mandi dalam pertapaan murni. Terpujilah Kakusandha, Penakluk bala tentara Māra, Terpujilah juga Koṇāgamana Sang Brahmana sempurna. Terpujilah Kassapa, Terbebaskan dalam segala hal, Terpujilah Angīrasa, Putra Sakya yang bersinar, Sang Guru Dhamma Yang mengatasi segala penderitaan. Dan mereka yang terbebaskan dari dunia ini, Melihat jantung dari segala hal, Mereka yang lembut bahasanya, Perkasa dan juga bijaksana, Kepadanya yang membantu para dewa dan manusia, Kepada Gotama mereka memuja Terlatih dalam kebijaksanaan, juga dalam perilaku, Perkasa dan juga cerdik. 4. Dari titik di mana matahari muncul, Anak Aditya, dalam pancaran gemilang, Yang kemunculannya menyebabkan malam yang menyelimuti Tersingkirkan dan lenyap, Sehingga dengan terbitnya matahari Muncullah apa yang mereka sebut Siang, Juga ada air yang banyak dan bergerak ini, Dalam dan lautan yang perkasa bergelombang, Orang-orang ini mengetahui, dan ini mereka sebut Samudra atau Lautan Bergelombang. Arah ini adalah Timur, atau yang Pertama Inilah bagaimana orang-orang menyebutnya. Arah ini dijaga oleh seorang raja. Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar, Raja dari semua gandhabba, Dhataraṭṭha adalah namanya, Dihormati oleh para gandhabba. Nyanyian dan tarian mereka ia nikmati. Ia memiliki banyak putra perkasa Delapan puluh, sepuluh dan satu, kata mereka Dan semuanya memiliki satu nama, Dipanggil Indra, raja kekuatan, Dan ketika Sang Buddha menyapa tatapan mereka, Buddha, kerabat Matahari, Dari jauh mereka menyembah Kepada Raja Kebijaksanaan sejati “Salam, o Manusia Mulia! Salam kepadaMu, yang pertama di antara manusia! Dalam kebaikan Engkau menatap kami, Siapakah, walaupun bukan manusia, yang menghormati Engkau! Sering ditanya, apakah kami menghormati Gotama Sang Penakluk? – Kami menjawab Kami memang menghormati Gotama, Sang Penakluk Agung, Terlatih dalam kebijaksanaan, juga dalam perilaku, Buddha Gotama kami menghormat!’” 5. Tempat yang oleh manusia disebut tempat kediaman peta, Pengucap kata-kata kasar, dan pemfitnah, Pembunuh dan makhluk-makhluk serakah, Pencuri dan penipu licik semuanya, Arah ini adalah Selatan, mereka berkata Itulah orang-orang menyebutnya. Arah ini dijaga oleh seorang raja, Memiliki kemashyuran dan kekuasaan besar, Raja dari para kumbhaṇḍa, Virūḷhaka adalah namanya, Dihormati oleh para kumbhaṇḍa, Nyanyian dan tarian mereka ia nikmati … dilanjutkan seperti 4 6. Dari titik di mana matahari terbenam, Anak Aditya, dalam pancaran agung, Yang dengannya siang berakhir Dan malam, Sang Penyelimut, seperti orang-orang mengatakan, Muncul lagi menggantikan siang, Juga air yang banyak dan bergerak ini, Dalam dan lautan yang perkasa bergelombang, Orang-orang ini mengetahui, dan ini mereka sebut Samudra atau Lautan Bergelombang. Arah ini adalah Barat, atau yang Terakhir demikianlah orang-orang menyebutnya. Arah ini dijaga oleh seorang raja, Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar, Raja dari para nāga Virūpakkha adalah namanya. Dihormati oleh naga, Nyanyian dan tarian mereka ia nikmati … dilanjutkan seperti 4. 7. Di mana negeri Kuru yang indah di Utara terletak, Di bawah Neru perkasa yang menarik, Di sana manusia berdiam, ras yang berbahagia, Tidak memiliki apa-apa, tidak memiliki istri. Mereka tidak perlu menebar benih, Mereka tidak perlu menarik bajak Dari hasil panen yang masak dengan sendirinya Memberikan dirinya untuk dimakan manusia. Bebas dari dedak dan dari sekam, Beraroma harum, beras terbaik, Ditanak di atas tungku batu-panas, Makanan demikianlah yang mereka makan. Sapi dengan satu sadel terpasang, Demikianlah mereka menunggang berkeliling, Menggunakan perempuan sebagai tunggangan, Demikianlah mereka menunggang berkeliling; Menggunakan laki-laki sebagai tunggangan, Demikianlah mereka menunggang berkeliling; Menggunakan gadis perawan sebagai tunggangan, Demikianlah mereka menunggang berkeliling; Menggunakan anak-anak laki-laki sebagai tunggangan, Demikianlah mereka menunggang berkeliling; Dan demikianlah, dibawa oleh tunggangan demikian, Semua wilayah mereka lintasi Untuk melayani raja mereka. Gajah-gajah mereka tunggangi, kuda-kuda juga, Kereta-kereta yang layak untuk para dewa juga mereka miliki. Tandu megah tersedia Untuk para pengikut kerajaan. Kota-kota juga mereka miliki, dibangun dengan sempurna, Menjulang tinggi ke angkasa Āṭānāṭā, Kusināṭā, Parakusināṭā, Nāṭapuriya adalah milik mereka, Dan Parakusināṭā. Kapīvanta di utara, Janogha, kota-kota lainnya juga, Navanavatiya, Ambara- Ambaravatiya, Āḷakamandā, kota kerajaan, Tetapi di mana Kuvera berdiam, raja mereka Disebut Visāṇā, darimana sang raja Mendapatkan nama Vessavaṇa. Mereka yang melakukan tugas-tugasnya adalah Tatolā, Tattalā, Tototalā, kemudian Tejasi, Tatojasi, Sūra, Rājā, Ariṭṭha, Nemi. Terdapat Dharaṇī air yang perkasa, Sumber awan-hujan yang tumpah Ketika musim hujan tiba. Di sana ada Bhagalavati, sebuah aula Tempat pertemuan para yakkha, Dikelilingi pohon-pohon yang berbuah selamanya Dipenuhi banyak jenis burung, Di mana merak memekik dan bangau berkicau, Dan burung tekukur dengan lembut memanggil. Burung-jīva yang meneriakkan “Hiduplah terus!” Dan ia yang menyanyikan “Bergembiralah! Ayam hutan, kulīraka, Bangau hutan, burung-padi juga, Dan burung-mynah yang menyerupai manusia, Dan mereka yang bernama “manusia jangkungan”. Dan di sana terletak yang selamanya indah Danau-seroja Kuvera yang indah. Arah ini adalah Utara, mereka berkata Itu adalah bagaimana orang-orang menyebutnya. Arah ini dijaga oleh seorang raja. Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar, Raja dari para yakkha, Dan Kuvera adalah namanya, Dihormati oleh para yakkha, Nyanyian dan tarian mereka ia nikmati. Ia memiliki banyak putera kuat Delapan puluh, sepuluh dan satu, kata mereka Dan semuanya memiliki satu nama, Dipanggil Indra, raja kekuatan, Dan ketika Sang Buddha menyapa tatapan mereka, Buddha, kerabat Matahari, Dari jauh mereka bersujud Kepada Raja Kebijaksanaan sejati “Salam, o Manusia Mulia! Salam kepadaMu, Yang Pertama di antara manusia! Dalam kebaikan Engkau menatap kami, Siapakah, walaupun bukan manusia, yang menghormati Engkau! Sering ditanya, apakah kami menghormati Gotama Sang Penakluk? – Kami menjawab Kami memang menghormati Gotama, Sang Penakluk Agung, Terlatih dalam kebijaksanaan, juga dalam perilaku, Buddha Gotama kami menghormat!’”’ 8. Ini, Yang Mulia, adalah syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, yang dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai dan merasa nyaman. Dan jika bhikkhu atau bhikkhunī, umat awam laki-laki atau perempuan mana pun juga mempelajari syair-syair ini dengan baik dan menghapalkannya dalam hati, maka jika makhluk bukan manusia mana pun juga, yakkha laki-laki atau perempuan atau anak-anak yakkha, atau pemimpin pelayan atau pelayan yakkha, gandhabba laki-laki atau perempuan, …kumbhaṇḍa, … nāga, … mendatangi orang itu dengan niat jahat ketika ia sedang berjalan atau hendak berjalan, berdiri atau hendak berdiri, duduk atau hendak duduk, berbaring atau hendak berbaring, maka makhluk bukan manusia itu tidak akan dihormati dan disembah di desa atau pemukiman. Makhluk itu tidak akan mendapatkan tempat tinggal di ibukotaku Āḷakamandā, ia tidak akan diizinkan menghadiri pertemuan para yakkha, juga tidak diterima dalam suatu pernikahan. Dan semua makhluk bukan manusia, dengan kemarahan, akan mengecamnya. Kemudian mereka akan membungkukkan kepalanya seperti mangkuk kosong, dan mereka akan memecahkan kepalanya menjadi tujuh keping. 9. Ada, Yang Mulia, beberapa makhluk bukan manusia, yang ganas, liar dan mengerikan. Mereka tidak mematuhi Raja-rajanya, juga tidak kepada para menterinya, juga tidak kepada para pelayannya. Mereka dikatakan memberontak melawan Raja-raja Dewa. Bagaikan pemimpin-penjahat yang ditaklukkan oleh Raja Magadha tidak mematuhi Raja Magadha, atau menterinya atau pelayannya, demikian pula mereka bersikap. Sekarang jika ada yakkha atau anak-anak yakkha yang manapun, … gandhabba, … mendatangi bhikkhu atau bhikkhunī, umat awam laki-laki atau perempuan mana pun dengan niat jahat, maka orang itu harus waspada, memanggil dan meneriakkan nama para yakkha, yakkha tinggi, para pemimpin dan jenderal mereka, dengan mengatakan “Yakkha ini telah menangkapku, menyakitiku, mencelakaiku, melukaiku dan tidak melepaskan aku!” 10. Yang manakah yakkha, yakkha tinggi, para pemimpin dan jenderal yakkha itu? Mereka adalah Inda, Soma, Varuṇa, Bhāradvāja, Pajāpati, Candana, Kāmaseṭṭha, Kinnughaṇḍu dan Nighaṇḍu, Panāda, Opamañña, Devasutta, Mātali, Cittasena Sang Gandhabba, Naḷa, Rājā, Janesabha, Sātāgira, Hemavata, Puṇṇaka, Karatiya, Gula, Sīvaka, Mucalinda juga, Vessāmitta, Yugandhara, Gopāla, Suppagedha juga, Hirī, Netti dan Mandiya, Pañcālacaṇḍa, Āḷavaka, Pajunna, Sumana, Sumukha, Dadimukha, Maṇi juga, Kemudian Mānicara, Dīgha, Dan, yang terakhir, Serissaka. Ini adalah yakkha, yakkha tinggi, para pemimpin dan jenderal yakkha yang harus dipanggil jika terjadi serangan demikian. 11. Dan ini, Yang Mulia, adalah syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, yang dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai dan merasa nyaman. Dan sekarang, Yang Mulia, kami harus pergi kami mempunyai banyak tugas, banyak hal yang harus dikerjakan.’ Lakukanlah Raja, apa yang kalian anggap baik.’ Dan Empat Raja Dewa berdiri, memberi hormat kepada Sang Bhagavā, berbalik dengan sisi kanan menghadap Sang Bhagavā, dan lenyap dari sana. Dan para yakkha berdiri, dan beberapa memberi hormat kepada Sang Bhagavā, berbalik dengan sisi kanan menghadap Sang Bhagavā, dan lenyap dari sana, dan beberapa saling bertukar sapa dengan Sang Bhagavā, beberapa memberi hormat kepada Beliau dengan merangkapkan tangan, beberapa menyebutkan nama dan suku mereka, dan mereka semuanya lenyap. 12. Dan ketika malam berlalu, Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu Para bhikkhu, tadi malam Empat Raja Dewa … mendatangiKu … ulangi seluruh paragraf 1-11. 13. Para bhikkhu, kalian harus mempelajari syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, menguasainya dan menghapalkannya. Itu adalah untuk keuntungan kalian, dan dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai dan merasa nyaman.’ Demikianlah Sang Bhagavā berbicara dan para bhikkhu senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau. © Hak Cipta HERY SHIETRA. Budayakan hidup JUJUR dengan menghargai Jirih Payah, Hak Cipta, Hak Moril, dan Hak Ekonomi Hery Shietra selaku Penulis.
Salah satu hal yang sangat melekat terhadap agama Buddha adalah alam “afterlife” alias alam lain selain manusia. Seperti yang Buddha telah babarkan, ada 31 alam kehidupan termasuk alam manusia. Belakangan ada juga saya baca tentang satu tambahan alam yaitu nibbāna Nirvana. Padahal, dalam tripitaka, Buddha telah membabarkan bahwa nibbāna bukanlah alam. Justru nibbāna adalah diluar dari alam, karena tidak terdapat “keinginan” dan “nafsu” yang merupakan bahan bakar makhluk hidup dalam suatu alam. So, kita simpulkan kembali bahwa ada 31 alam kehidupan. Kita akan bahas sedikit tentang alam setan agar kita bisa mengerti mengapa terkadang kita butuh mantra pengusir mereka. Petayoni Alam Setan Alam setan sebenarnya adalah alam yang menderita. Makhluk yang lahir di alam peta sangatlah menderita. Kondisi hidup mereka, termasuk tubuh yang mereka dapatkan adalah buah dari karma buruk yang telah mereka lakukan di masa lampau. Orang yang banyak melakukan karma buruk, sangat besar kemungkinan terlahir di alam peta. Berdasar atas “sifat” dari kamma yang mencocokkan kelahiran terhadap karma produktif-nya, maka orang yang serakah sangat besar kemungkinan terlahir di alam ini. Sifat dari keserakahan adalah menginginkan secara terus menerus, sehingga orang yang sangat kuat keserakahan-nya bisa lahir jadi hantu kelaparan. Mereka akan terus menerus lapar dan menginginkan makanan. Kabar baiknya adalah, alam setan satu bumi dengan manusia. Maksudnya adalah, manusia bisa bersinggungan dengan mereka. Entah melihat, mendengar ataupun merasakan mereka. Tapi tidak semua manusia bisa demikian, hanya orang-orang yang memiliki kemampuan batin tertentu yang bisa. Anda bisa menonton video dari Bhante Kheminda tentang karma dan alam-alamnya Karena manusia bisa bersinggungan dengan setan, maka manusia bisa ketakutan. Penyebabnya adalah karena tubuh setan terbentuk atas dasar kamma buruk makhluk tersebut, sehingga bentuknya tidaklah enak di pandang. Beberapa orang yang ketakutan atau mungkin merasa di ganggu mereka, akan mencari mantra untuk mengusir mereka dari suatu tempat. Mantra Pengusir Setan Versi Agama Buddha Buddha Gotama sebagai Guru Agung kita tidak pernah mengajarkan murid-murid-Nya termasuk para umat untuk mengusir setan ataupun makhluk dari alam rendah lain-nya. Alasan-nya jelas, Buddha sangat mengerti mengapa makhluk-makhluk tersebut demikian dan penderitaan yang mereka rasakan. Oleh karena itu, Buddha menawarkan Sutta yang bisa digunakan bagi siapapun untuk menenangkan makhluk dalam alam setan atau hantu di suatu tempat. Sutta itu bernama “Karaniya Metta Sutta“. Anda bisa membaca isi Sutta ini di laman wikipedia Karaniya Metta Sutta.
mantra buddha mengusir roh jahat